Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2018

Bahaya Menyekutukan Allah

Definisi syirik adalah lawan kata dari tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat, sifat, perbuatan, dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat Allah seperti dzat makhlukNya. Akidah ini dianut oleh kelompok mujassimah. Syirik secara sifat artinya seseorang meyakini bahwa sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah. Dengan kata lain, mahluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah. Tidak ada bedanya sama sekali.  Sedangkan syirik secara perbuatan artinya seseorang meyakini bahwa makhluk mengatur alam semesta dan rezeki manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik secara ibadah artinya seseorang menyembah selain Allah dan mengagungkannya seperti mengagungkan Allah serta mencintainya seperti mencintai Allah. Syrik-syirik dalam pengertian tersebut, secara eksplisit maupun implisit, telah ditolak oleh Islam. Karenanya, seorang muslim harus benar-benar berhat-hati dan menghindar jauh-jauh dari syirik

Kisah Malang Tabi’in Mujahid Hafal Al-Qur’an yang Murtad, Apa Penyebabnya?

Lelaki gagah itu mengayunkan pedangnya menebas satu demi satu tubuh pasukan Romawi. Dahulunya dia termasuk dari Tabi’in (270 H) yang hafal Al-Qur’an. Namanya adalah sebaik-baik nama, ‘Abdah bin ‘Abdurrahiim. [1] Keimanannya tak diragukan. Adakah bandingannya di dunia ini seorang mujahid yang hafal Al-Qur’an, terkenal akan keilmuannya, kezuhudannya, ibadahnya, puasa Daudnya serta ketaqwaan dan keimanannya? Namun tak dinyana terjadi musibah di akhir hayatnya. Dia mati dengan tidak membawa iman Islamnya. Murtad sebagai Nasrani. Padahal dahulunya ia hafal semua isi Al-Qur’an, namun semua hilang tak tersisa kecuali dua ayat saja. Ayat apakah itu? Apa yang melatarbelakangi dia keluar dari Diinullah . Inilah kisahnya: Pedangnya masih berkilat-kilat memantul cahaya mentari yang panas di tengah padang pasir yang gersang. Masih segar berlumur merahnya darah orang Romawi. Ia hantarkan orang Romawi itu ke neraka dengan pedangnya. Tak disangka pula, nantinya dirinyapun dihantar ke n

Amal itu tergantung akhirnya...

Amal itu tergantung akhirnya... Berakhir dengan indah adalah sebuah harapan bagi setiap manusia. Begitu juga dengan kehidupan. Dari banyak waktu yang dijalani setiap manusia, akhir kehidupanlah yang menjadi penentu atas semua. Inilah rahasia kehidupan setiap manusia. Rasulullah bersabda : Sesungguhnya amalan itu tergantung kepada niatnya. (HR Bukhari) Akan tetapi kita tidak boleh lupa bahwa Rasulullah juga mengingatkan, “Sesungguhnya seorang hamba beramal dengan amalan yang dalam pandangan manusia sebagai sebuah amalan penduduk surga tetapi ia kemudian menjadi penduduk neraka, sebaliknya ada seseorang yang beramal dengan manusia memandangnya sebuah amalan penduduk neraka, kemudia ia menjadi penduduk surga, karena sesungguhnya amalan itu tergantung kepada penutupnya.” (HR Bukhari) Ibnu Rajab Al Hambali dalam kitabnya Faidhul Qadir menjelaskan, “Allah mengisyaratkan bahwa amalan itu juga ditentukan oleh penutupnya. Jika ia mulai dan ditutup dengan baik maka amalan