Bahaya Menyekutukan Allah
Definisi syirik adalah lawan kata dari
tauhid, yaitu sikap menyekutukan Allah secara dzat, sifat, perbuatan,
dan ibadah. Adapun syirik secara dzat adalah dengan meyakini bahwa dzat
Allah seperti dzat makhlukNya. Akidah ini dianut oleh kelompok
mujassimah. Syirik secara sifat artinya seseorang meyakini bahwa
sifat-sifat makhluk sama dengan sifat-sifat Allah. Dengan kata lain,
mahluk mempunyai sifat-sifat seperti sifat-sifat Allah. Tidak ada
bedanya sama sekali. Sedangkan syirik secara perbuatan artinya
seseorang meyakini bahwa makhluk mengatur alam semesta dan rezeki
manusia seperti yang telah diperbuat Allah selama ini. Sedangkan syirik
secara ibadah artinya seseorang menyembah selain Allah dan
mengagungkannya seperti mengagungkan Allah serta mencintainya seperti
mencintai Allah. Syrik-syirik dalam pengertian tersebut, secara
eksplisit maupun implisit, telah ditolak oleh Islam. Karenanya, seorang
muslim harus benar-benar berhat-hati dan menghindar jauh-jauh dari
syirik-syirik seperti yang telah diterangkan di atas. Contoh
bentuk-bentuk syirik ada banyak. Di antaranya, pertama, menyembah patung
atau berhala (al-ashnaam). Allah swt. menyebutnya dalam ayat berikut
ini. Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa
yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di
sisi Tuhannya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak,
terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu
berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.
[QS. Al Hajj (22): 30] Ingatlah ketika ia berkata kepada bapaknya,
“Wahai Bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak mendengar,
tidak melihat, dan tidak dapat menolong kamu sedikitpun?” [QS. Maryam
(19): 42] Menyembah matahari adalah bentuk syirik yang kedua. Allah
menolak orang-orang yang menyebah matahari, bulan, dan atau bintang.
Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas ‘Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakan-Nya
pula) matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintah-Nya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.
Maha Suci Allah, Tuhan semesta alam. [QS. Al A'raaf (7): 54] “Dan
sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari,
dan bulan. Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula)
kepada bulan, tetapi bersujudlah kepada Allah Yang menciptakannya, jika
kamu hanya kepada-Nya saja menyembah”. [QS. Fushshilat (41): 37] Bentuk
syirik yang ketiga adalah menyembah malaikat dan jin. Dan mereka
(orang-orang musyrik) menjadikan jin itu sekutu bagi Allah, padahal
Allah-lah yang menciptakan jin-jin itu, dan mereka membohong (dengan
mengatakan) bahwasanya Allah mempunyai anak laki-laki dan perempuan,
tanpa (berdasar) ilmu pengetahuan. Maha Suci Allah dan Maha Tinggi dari
sifat-sifat yang mereka berikan. [QS. Al An'aam (6): 100] “Dan
(ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya
kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu
menyembah kamu?” Malaikat-malaikat itu menjawab, “Maha Suci Engkau.
Engkaulah pelindung kami, bukan mereka. Bahkan mereka telah menyembah
jin; kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.”. [QS. Saba' (34):
40-41] Bentuk syirik keempat adalah menyembah para nabi, seperti Nabi
Isa a.s. yang disembah kaum Nasrani dan Uzair yang disembah kaum Yahudi.
Keduanya sama-sama dianggap anak Allah. Orang-orang Yahudi berkata,
“Uzair itu putera Allah,” dan orang-orang Nasrani berkata, “Al masih itu
putera Allah.” Demikianlah itu ucapan mereka dengan mulut mereka,
mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati
Allah mereka, bagaimana mereka sampai berpaling?” [QS. At-Taubah (9):
30] Sesungguhnya telah kafirlah orang-orang yang berkata, “Sesungguhnya
Allah ialah Al-Masih putera Maryam.” Padahal Al-Masih (sendiri)
berkata, “Hai Bani Israil, sembahlah Allah Tuhanku dan Tuhanmu.”
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya ialah neraka,
tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolongpun. [QS.
Al-Maidah (5): 72] Bentuk syirik yang kelima adalah menyembah rahib
atau pendeta. Allah berfirman, “Mereka menjadikan orang-orang alimnya,
dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka
mempertuhankan) Al-Masih putera Maryam; padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” Adi bin
Hatim r.a. pernah bertanya kepada Rasulullah mengenai hal tersebut,
seraya berkata, “Sebenarnya mereka tidak menyembah pendeta atau rahib
mereka.” Rasululah saw. menjawab, “Benar, tetapi para rahib atau pendeta
itu telah mengharamkan yang halal dan menghalalkan yang haram,
sementara mereka mengikutinya. Bukankah itu tindak penyembahan terhadap
mereka?” Bentuk syirik yang keenam, menyembah Thaghuut. Istilah
thaghuut diambil dari kata thughyaan artinya melampaui batas. Maksudnya,
segala sesuatu yang disembah selain Allah. Setiap seruan para rasul
intinya adalah mengajak kepada tauhid dan menjauhi thaghuut. Allah
berfirman, “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan): Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut
itu. Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan
baginya. Maka berjalanlah kamu di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).” [QS. An-Nahl
(16): 36]. Dan tauhid yang murni tidak akan bisa dicapai tanpa
menghindar dari menyembah thaghuut. Allah berfirman, “Tidak ada paksaan
untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang
benar dari jalan yang sesat. Karena itu, barangsiapa yang ingkar kepada
thaghuut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.” [QS. Al-Baqarah (2): 256] Allah bangga
dengan orang-orang beriman yang menjauhi thaghuut. “Dan orang-orang
yang menjauhi thaghut (yaitu) tidak menyembahnya dan kembali kepada
Allah, bagi mereka berita gembira; sebab itu sampaikanlah berita itu
kepada hamba-hamba-Ku.” [QS. Az-Zumar (39): 17] Bentuk syirik yang
ketujuh adalah menyembah hawa nafsu. Hawa nafsu adalah kecendrungan
untuk melakukan keburukan. Seseorang yang menuhankan hawa nafsu,
mengutamakan keinginan nafsunya di atas cintanya kepada Allah. Dengan
demikian ia telah mentaati hawa nafsunya dan menyembahnya. Allah
berfirman, “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara
atasnya?” [QS. Al-Furqaan (25): 43] “Maka pernahkah kamu melihat orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya
sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya, dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang
akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?” [QS. Al-Jatsiyah (45): 23]
Macam-macam Syirik Ada dua macam syirik, yaitu syirik besar dan syirik
kecil. Masing-masing dari kedua macam ini mempunyai dua dimesi: zhahir
(tampak) dan khafiy (tersembunyi). Syirik besar (asy-syirkul akbar)
adalah tindakan menyekutukan Allah dengan makhlukNya. Dikatakan syirik
besar karena pelakunya tidak akan diampuni dosanya dan tidak akan masuk
surga. Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa
mempersekutukan (sesuatu) dengan Dia; dan Dia mengampuni dosa yang
selain dari syirik itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan (sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah
tersesat sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116] Syirik besar ini
dibagi dua dimensi: zhahir dan kafiy. Contoh syirik besat yang zhahir
adalah seperti menyembah bintang, matahari, bulan, patung-patung,
batu-batu, pohon-pohon besar, dan manusia (seperti menyembah Fir’un,
raja-raja, Budha, Isa bin Maryam, malaikat, jin dan Setan). Sementara
yang khafiy bisa dicontohkan seperti meminta kepada orang-orang yang
sudah mati dengan keyakinan bahwa mereka bisa memenuhi apa yang mereka
yakini, atau menjadikan seseorang sebagai pembuat hukum, menghalalkan
dan mengharamkan seperti yang seharusnya menjadi hak Allah swt. Adapun
syirik kecil (asy-syirkul ashghar) adalah suatu tindakan yang mengarah
kepada syirik, tetapi belum sampai ke tingkat keluar dari tauhid, hanya
saja mengurangi kemurniannya. Syirik kecil juga dua dimensi: dzahir dan
khafiy. Yang zhahir bisa berupa lafal (pernyataan) dan perbuatan.
Contoh yang berupa lafal adalah bersumpah dengan nama selain Allah dan
mengarah ke syirik seperti “demi Nabi, demi Ka’bah, demi kakek dan
nenek.” Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Man halafa
bighairillahi faqad kafara wa asyraka (siapa yang bersumpah dengan
selain Allah, maka ia kafir dan musyrik).” (HR. Turmidzi nomor 1535).
Termasuk lafal yang mengarah ke syirik pernyataan, “Kalau tidak karena
Allah dan si fulan niscaya ini tidak akan terjadi.” Contoh yang lain
adalah memberikan nama anak dengan Abdul Ka’bah dan lain sebagainya.
Adapun contoh syirik kecil zhahir yang berupa perbuatan seperti
mengalungkan jimat dengan keyakinan bahwa itu bisa menyelamatkan dari
mara bahaya. Syirik kecil yang khafiy biasanya berupa niat atau
keinginan, seperti riya’ dan sum’ah. Yaitu melakukan tindak ketaatan
kepada Allah dengan niat ingin dipuji orang. Seperti menegakkan shalat
dengan tampak khusyu’ karena sedang di samping calon mertua. Seseorang
berbuat seperti itu dengan harapan supaya dipuji sebagai orang shalih.
Padahal di saat sendirian, shalatnya tidak demikian. Riya’ adalah
termasuk dosa hati yang sangat berbahaya. Karena itu, Islam sangat
memperhatikan sebab perbuatan hati adalah faktor yang menentukan bagi
baik tidaknya perbuatan zhahir. Allah berfirman, “Hai orang-orang
beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan
menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia dan dia tidak
beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa
hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak
menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak
memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” [QS. Al-Baqarah (2):
264] Dalam sebuah hadits Rasulullah saw. bersabda, “Man samma’a
sammallahu bihii, waman yaraa’ii yaraaillahu bihii (siapa yang
menampakkan amalnya dengan maksud riya’ Allah akan menyingkapnya di hari
Kiamat, dan siapa yang menunjukkan amal shalihnya dengan maksud ingin
dipuji orang, Allah mengeluarkan rahasia tersebut di hari Kiamat).” (HR.
Bukhari 11/288 dan Muslim nomor 2987) Bahaya-bahaya Syirik Perbuatan
syirik sangat berbahaya. Berikut ini beberapa bahaya yang akan menimpa
orang-orang pelaku syirik. Pertama, syirik adalah kezhaliman yang
nyata. Allah berfirman, “Innasy syirka ladzlumun adziim (sesungguhnya
mempersekutukan Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar).” [QS.
Luqman (31): 13]. Mengapa disebut kezhaliman yang besar? Sebab dengan
berbuat syirik seseorang telah menjadikan dirinya sebagai hamba makhluk
yang sama dengan dirinya yang tidak berdaya apa-apa. Kedua, syirik
merupakan sumber khurafat. Sebab, orang-orang yang meyakini bahwa selain
Allah –seperti bintang, matahari, kayu besar dan lain sebagainya– bisa
memberikan manfaat atau bahaya, berarti ia telah siap melakukan segala
khurafat dengan mendatangi para dukun, kuburan-kuburan angker, dan
mengalungkan jimat di lehernya. Ketiga, syirik adalah sumber ketakutan
dan kesengsaraan. Allah berfirman, “Akan Kami masukkan ke dalam hati
orang-orang kafir rasa takut disebabkan mereka mempersekutukan Allah
dengan sesuatu yang Allah sendiri tidak menurunkan keterangan tentang
itu. Tempat kembali mereka ialah neraka; dan itulah seburuk-buruk tempat
tinggal orang-orang yang zhalim.” [QS. Ali Imran (3): 151] Keempat,
syirik merendahkan derajat kemanusiaan si pelakunya. Allah berfirman,
“Barangsiapa mempersekutukan sesuatu dengan Allah, maka adalah ia
seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau
diterbangkan angin ke tempat yang jauh.” [QS. Al-Hajj (22): 31] Kelima,
syirik menghancurkan kecerdasan manusia. Allah berfirman, “Dan mereka
menyembah selain daripada Allah apa yang tidak dapat mendatangkan
kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfaatan. Dan mereka
berkata, ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Allah.’
Katakanlah, ‘Apakah kamu mengabarkan kepada Allah apa yang tidak
diketahui-Nya baik di langit dan tidak (pula) di bumi?’ Maha Suci Allah
dan Maha Tinggi dari apa yang mereka mempersekutukan (itu).” [QS. Yunus
(10): 18] Keenam, di akhirat nanti orang-orang musyrik tidak akan
mendapatkan ampunan Allah dan akan masuk neraka selama-lamanya. Allah
berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa mempersekutukan
(sesuatu) dengan Dia, dan Dia mengampuni dosa yang selain dari syirik
itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan
(sesuatu) dengan Allah, maka sesungguhnya ia telah tersesat
sejauh-jauhnya.” [QS. An-Nisaa' (4): 116] Allah juga berfirman,
“Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka
pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka.
Tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang penolong pun.” [QS.
Al-Maidah (5): 72] Sebab-sebab Syirik Ada tiga sebab fundamental
munculnya prilaku syirik, yaitu al-jahlu (kebodohan), dha’ful iiman
(lemahnya iman), dan taqliid (ikut-ikutan secara membabi-buta).
Al-jahlu sebab pertama perbuatan syirik. Karenanya masyarakat sebelum
datangnya Islam disebut dengan masyarakat jahiliyah. Sebab, mereka tidak
tahu mana yang benar dan mana yang salah. Dalam kondisi yang penuh
dengan kebodohan itu, orang-orang cendrung berbuat syirik. Karenanya
semakin jahiliyah suatu kaum, bisa dipastikan kecendrungan berbuat
syirik semakin kuat. Dan biasanya di tengah masyarakat jahiliyah para
dukun selalu menjadi rujukan utama. Mengapa? Sebab mereka bodoh, dan
dengan kobodohannya mereka tidak tahu bagaimana seharusnya mengatasi
berbagai persoalan yang mereka hadapi. Ujung-ujungnya para dukun sebagai
narasumber yang sangat mereka agungkan. Penyebab kedua perbuatan
syirik adalah dha’ful iimaan (lemahnya iman). Seorang yang imannya lemah
cendrung berbuat maksiat. Sebab, rasa takut kepada Allah tidak kuat.
Lemahnya rasa takut kepada Allah ini akan dimanfaatkan oleh hawa nafsu
untuk menguasai diri seseorang. Ketika seseorang dibimbing oleh hawa
nafsunya, maka tidak mustahil ia akan jatuh ke dalam perbuatan-perbuatan
syirik seperti memohon kepada pohonan besar karena ingin segera kaya,
datang ke kuburan para wali untuk minta pertolongan agar ia dipilih jadi
presiden, atau selalu merujuk kepada para dukun untuk suapaya
penampilannya tetap memikat hati orang banyak. Taqliid sebab yang
ketiga. Al-Qur’an selalu menggambarkan bahwa orang-orang yang
menyekutukan Allah selalu memberi alasan mereka melakukan itu karena
mengikuti jejak nenek moyang mereka. Allah berfirman, “Dan apabila
mereka melakukan perbuatan keji, mereka berkata, ‘Kami mendapati nenek
moyang kami mengerjakan yang demikian itu, dan Allah menyuruh kami
mengerjakannya.’ Katakanlah, ‘Sesungguhnya Allah tidak menyuruh
(mengerjakan) perbuatan yang keji.’ Mengapa kamu mengada-adakan terhadap
Allah apa yang tidak kamu ketahui?” [QS. Al-A'raf (7): 28] Dan apabila
dikatakan kepada mereka, “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah.”
Mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah
kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami.” “(Apakah mereka akan
mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu
apapun, dan tidak mendapat petunjuk?” [QS. Al-Baqarah (2): 170]
Apabila dikatakan kepada mereka, “Marilah mengikuti apa yang diturunkan
Allah dan mengikuti Rasul.” Mereka menjawab, “Cukuplah untuk kami apa
yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” Dan apakah mereka
akan mengikuti juga nenek moyang mereka walaupun nenek moyang mereka itu
tidak mengetahui apa-apa dan tidak (pula) mendapat petunjuk?” [QS.
Al-Maidah (5): 104] Diambil dari : dakwatuna.com
Komentar
Posting Komentar